Rabu, 21 Desember 2011

Ilmu Astronomi di dalam Al-Qur’an


Astronomi secara umum adalah ilmu yang berkenaan dengan perbintangan. Ilmu ini merangkumi pemerhatian maupun penjelasan berkaitan perkara yang berlaku di luar bumi dan atmosfera bumi. Ilmu astronomi boleh juga diartikan dengan ilmu falak.
Mengikuti Dictionary of Astronomy (lllingworth, 1979) maksud astronomi ialah kajian terapan dan teoritis mengenai objek-objek langit/luar angkasa, ruang-ruang di antaranya dan tentang alam semesta secara keseluruhannya. Di bawahnya, secara tradisi, ialah astrometri(atau astronomi posisi) dan mekanik luar angkasa. Ilmu falak pula secara tradisi, lebih tertumpu kepada astrometri yaitu kajian tentang posisi objek luar angkasa dan pergerakannya dengan perjalanan masa. Perkembangan ilmu astronomi seharusnya sejajar dengan perkembangan ilmu falak karena maksud dan permulaan keduanya hampir sama.
Langit dan bumi
"Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana kami meninggalkan dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai cacat sedikitpun ?" [Qaaf:6].

 
Langit dijadikan tanpa tiang yang menyangga  
"Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menunundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu menyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu." [Ar-Ra'd:2].
"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu, dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik." [Luqman: 10].
Keseimbangan dan kejadian yang mengagumkan
"Katakanlah, "Siapakah Pemilik langit yang tujuh dan Pemilik 'Arsy yang besar? Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah, " Maka apakah kamu tidak bertaqwa?Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" [Al-Mu'minuun: 86-88].
"Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan." [Ar-Rahmaan: 5].
Tujuan pergerakan matahari dan bulan
"Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." [Al-An'am: 97].
Tujuan penciptaan bintang-bintang
"Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tand-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui."
[Al-An'am: 97].
Allah menegaskan timbulnya rasa takut dalam diri manusia apabila meneliti kejadian  di langit dan bumi
"Dan demikian (pula) di antara amanusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama*. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
[Faathir: 28].
*Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaanAllah.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu  benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." [Ar-Ruum: 23].
Pergerakan benda langit yang teratur
"Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikinlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua*. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya." [Yaasiin: 38-40].
*Maksudnya: bulan-bulan itu pada awal bulan, kecil berbentuk sabit, Kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, dia menjadi purnama, Kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.
"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian iitu melainkan dengan hak*. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa." [Yunus: 5-6].
*Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
Sifat matahari dan bulan
"Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya." [Al-Furqaan:61].
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?" [Nuh: 15-16].
Sistem matahari dan pergerakannya
"Dan Dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduannya itu beredar di dalam garis edarnya." [Al-Anbiyaa': 33].
"Tidakkah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar padan garis edarnya." [Yaasin: 40].
Semua benda langit tunduk di bawah kekuasaan Allah Ta'ala
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy*. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." [Al-A'raaff: 54].
*bersemayam di atas 'Arsy ialah salah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
[Luqman:29].
Jarak luar angkasa yang amat luas
"Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada kami (di hari kiamat) dia berkata, "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antar masyrik dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)." [Az-Zukhruf: 38]
"Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahri dan tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya*." [Ar-Rahmaan: 17]
*dua tempat terbit matahari dan dua tempat terbenamnya ialah tempat dan terbenamnya matahari di waktu musim panas dan dingin.
Kemungkinan manusia untuk menaklukan dan melampui batas-batas alam
"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan."
[Ar-Rahmaan: 33]
Berbagai hal dan kejadian ilmu astronomi yang disebutkan di dalam Al-Qur'an ini adalah manifestasi kepada kekuasaan serta keagungan yang maha mencipta. Al-Qur'an bukanlah kitab astronomi. Karena itulah keberadaan bintang-bintang hanya diceritakan secara umum dan tidak diceritakan secara khusus tempat atau kedudukasn bintang tersebut. Fakta-fakta astronomi diuraian di dalam Al-Qur'an dengan cara yang tersendiri agar manusia lebih memahami tanda-tanda kebesaran-Nya.

 
            Sumber : Ash-Shohwah

Selasa, 22 November 2011

Motivasi kuliahku…???

-->
Kebanyakan orang bahwa jadi mahasiswa itu enak. Soalnya sudah tidak lagi diatur-atur seperti anak SMA. Sekarang sudah bebas, bebas belajar sesukanya, seenaknya, dan sekenanya…hmm….benarkah demikian…???Tentu tidak!!Kebebasan yang dimiliki oleh seorang mahasiswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab, apalagi sebagai mahasiswa Islam. Why????Karena kebutuhan hidup kita tidak lagi hanya dimotivasi oleh kebutuhan untuk hidup tapi juga untuk memuliakan Tuhan. Oleh karena itu apa dong motivasi kita….
#Studiku just for ALLAH
Segala sesuatu yang kita kerjakan tak lain hanya untuk memperoleh ridho Allah SWT. Karena jelas dalam misi hidup kita tertuang dalam QS. Ad-Dzariat: 58 “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah Kepadaku“. So study di kampus kita ini merupakan aplikasi dari ibadah kita kepada Allah SWT. Dengan keikhlasan dan niatan yang tulus serta bener, kelapangan dalam study kita insyaALLAH akan kita peroleh dengan mudah. N kita juga kudu selalu menata niat bahwa kita kuliah hanya untuk menuntut ilmu karena Allah Swt. Al Imam Al Ghazali dalam kitab beliau Bidayatul Hidayah mengatakan, “Sesungguhnya dalam mencari ilmu, apabila engkau berniat untuk bersaing mencari popularitas, kebanggaan atau untuk mengungguli teman2 sebayamu dan supaya mendapat simpati orang banyak, maka engkau sebenarnya telah berusaha menghancurkan agamamu, merusak dirimu sendiri dan menjual, kebahagian akhirat dengan kesenangan dunia.
#Memperoleh Ilmu(pengetahuan)
Ingat….!!! “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang yang berilmu beberapa derajat” Al Mujadalah:11
#Masa Depan
Banyak orang yang ingin masa depannya bahagia, oleh karena itu masa depan menuntut kita untuk belajar.
#Menjalankan amanah dari orang tua
Banyak dari kita yang merupakan hal yang sangat penting ini. Saudaraku ketahuilah bahwa keberadaan kita di kampus ini merupakan amanah bagi kita yang secara tidak langsung telah diberikan oleh orang tua kita. Oleh karena itu jangan sampai kita mengecewakan orangtua kita. Mereka mengorbankan harta untuk membiayai kita..Mungkin kita hidup enak di sini, tapi bagiamana dengan orangtua kita di belakang..So..Seyogyanya kita bersungguh-sungguh dalam belajar..tanpa membuang-buiang waktu dengan sia-sia..

Menjadi mahasiswa sesungguhnya

    Rangkaian PKPT telah terlampaui, ada senang, ada marah, ada tawa dan ada sedih. Rangkaian itu ditutup dengan kemah bakti, maupun bakti social sehingga semua saling kenal, kedekatan telah tercipta dan sehari-hari perkuliahan akan semakin mengasyikkan.
    Sebagai mahasiswa baru memori-memori lama anda yang telah terukir selama di SMA mulai saat ini akan segera tergantikan dengan dunia mahasiswa yang sungguh sangat berbeda. Dulu kita masih diarahkan oleh guru kita di SMA, orang tua kita memperhatikan semua kegiatan kita. Bahkan banyak hal-hal yang dulu kita bergantung kepada orang tua kita mulai kita tinggalkan. Dunia mahasiswa sungguh seperti pedang bermata dua…banyak hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menghadapinya karena salah melangkah bisa berakibat fatal dalam proses menuju kesuksesan.
    Menjadi mahasiswa yang sesungguhnya dan bersungguh-sungguh menjadi mahasiswa membutuhkan iklim yang menunjang untuk hal itu kalaulah iklim itu belum tercipta kitalah yang menciptakannya.
    Pertama adalah Iklim Keilmuan karena disanalah letak kemahasiswaan kita, perbedaan kita dengan orang lain terletak disana, sehingga percakapan kita haruslah hal-hal yang ilmiah. Seorang ulama pada zaman dahulu hampir menghembuskan nafas terakhir tetapi ia masih sempat menanyakan pendapat kepada temannya tentang suatu hukum.
    Kedua adalah Iklim Kemandirian hal ini perlu dipupuk sejak dini baik kemandirian dalam manajemen waktu, kemandirian dalam menentukan sikap dan kemandirian dalam menyelesaikan permasalahan serta kemandirian dalam financial, walaupun tidak semua bisa tercapai tapi kita semua harus berusaha menuju ke sana karena kemandirian adalah tanda kemajuan suatu peradaban.
    Ketiga adalah Iklim pergerakan, Muhammad Iqbal salah satu pemikir Islam berkata "static condition means death", Kondisi yang diam berarti mati", bahkan dalam syairnya Imam Syafi'i berkata : "In saala thaaba wa in lam yajri lam yathibi" "air itu kalau mengalir menjadi baik tetapi kalau diam air itu menjadi busuk". Sebagai mahasiswa bergerak adalah keharusan, menyelesaikan permasalahan kampus, menghidupkan opini public, penyadaran dan juga berbaur dengan masyarakat adalah hal yang lazim bagi seorang mahasiswa sehingga mereka sebagai agent of change sejati tisdak hanya jargon belaka.
    Keempat adalah Iklim spiritual, artinya seorang mahasiswa harus menyadari bahwa dialah harapan masa depan ummat, sehingga jalan kehidupan yang mereka tempuh adalah kehidupan yang diinginkan oleh Allah SWT.
    Senantiasa membekali dengan ilmu dien, karena kelak mereka akan menjadi professional yang matang, seimbang antara prinsip-prinsip profesionalisme dan prinsip-prinsip ajaran agama, tidak ada lagi korupsi serta penipuan dan penggelapan harta Negara karena mereka memiliki nurani.
    Sejatinya jika keempat iklim tersebut teraplikasikan dalam kampus kita, kita tidak heran jika nanti ada banyak mahasiswa yang kuliahnya bagus, penampilan rapi, pandai berbisnis, aktifis pergerakan, perhatian terhadap masyarakat, agamanya mumpuni dan yang pasti mereka adalah generasi dambaan bangsa. Wallahu a'lam.

Sabtu, 19 November 2011

Begitu Cepat Engkau Menggantinya, Ya Allah…

Udara begitu segar di pagi hari, apalagi semalaman hujan. Saya merapatkan sweater yang diberikan kakak sebelum pergi. Hup... terlompati sudah genangan air untuk ke dua kalinya. Stasiun Bogor masih lengang, Alhamdulillah, berarti saya tidak usah berjuang hanya untuk bisa terangkut. Saya duduk dengan tenang di gerbong belakang yang sudah terisi sebagian. Hari masih muda, tetapi para pedagang asongan, peminta-minta bahkan pencari sumbangan sudah berseliweran dengan suara-suara khas mereka.

Saya mulai mengamati, mencari vitamin hati. Seorang nenek terhuyung-huyung mengedarkan mangkuk berharap dermawan memberi uang belas kasihan, sekelompok pemuda tuna netra yang hampir semua sepatunya robek-robek mematung menunggu sang nenek pindah ke gerbong lain. Ada seorang perempuan yang terus menerus menggumamkan "Lapar... Lapar.." di pojok gerbong, pakaiannya lusuh dan yang jelas dia sepertinya kurang waras. Kini giliran bocah laki-laki yang menyapu lantai kereta, hampir sekujur tubuhnya kudisan, mata yang merah, dan kepala diperban, membentak para penumpang jika tidak memberinya uang. Sebenarnya saya ingin sekali mengulurkan tangan seperti orang lain, jika saja dompet yang berisi recehan itu tidak tertinggal di kamar. Saya memang selalu mencari recehan sisa kembalian untuk hal-hal seperti ini. Hingga setiap kali tangan atau wadah tempat belas kasih itu datang saya menyambutnya dengan senyuman dan kata maaf.

Kereta berhenti di Stasiun Cilebut, ketika seorang bocah laki-laki, berpeci, mengenakan seragam putih hijau, naik. Dengan gugupnya ia berdiri dan sekedar berpidato, intinya meminta para dermawan saling tolong menolong dalam kebenaran dengan bershadaqah untuk panti asuhan yang ditinggalinya. Bulir-bulir keringat menetes dari dahinya, sedangkan tangan mungil itu gemetar, belum lagi kata-kata yang keluar dari awal sudah putus-putus. Saya mengamatinya, mungkin pertama kalinya untuk bocah itu melakukan hal ini. Iba hati saya, ketika dia mengedarkan kotak amal, refleks saya membuka dompet dan memasukkan uangnya ke dalam kotak. Tak disangka-sangka dia membungkukkan badan dan tak henti-henti mengucap "terima kasih kak, terima kasih banyak...". Dia melakukannya agak lama. Saya jadi rikuh ditatap banyak orang.

Sampai di kamar, saya baru tahu kenapa bocah tadi begitu semangat berterima kasih. Uang selembar yang diberikan kakak dengan embel-embel "Dik, pergunakan uang ini sebaik-baiknya sampai akhir bulan ... " itulah yang saya masukkan ke dalam kotak, sedangkan selembar uang 500-an yang saya maksudkan untuk berinfak masih ada di dompet. "Innalillahii.." bisik saya berulang-ulang. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Yang saya patrikan saat itu adalah "Pasti ada hikmah... pasti ada hikmahnya".

Siang, Jam menunjukkan jarum pendeknya diangka 2. Saya pilih shirah nabawiyah untuk menentramkan gemuruh hati. Kisah-kisah kehidupan nabi Al-Musthafa begitu sempurna. Lapar yang saat itu saya rasakan belum seberapa dibandingkan dengan Lapar yang dialami Nabi, keluarganya dan para sahabat. Betapa luar biasanya mereka dalam hal zuhud. Saya tergugu ketika membaca kisah suatu hari Umar R.A bertemu dengan sahabatnya Jabir bin Abdullah dan menemukan sepotong daging ditangannya. Kemudian umar bertanya "Apa itu Jabir", "Aku ingin makan daging, lalu saya membelinya" begitu pengakuan jabir. Selanjutnya Umar pun bertutur "Apakah setiap yang kamu inginkan kamu usahakan membelinya? Apakah kamu tidak takut ayat ini, "Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja)" (QS Al-Ahqaf: 20).

Saya sering lebih memilih untuk membeli buku dibandingkan membeli kupon dari pencari dana kegiatan amal. Saya bahkan dengan hati seringan awan menambah koleksi kerudung daripada menambah investasi akhirat dengan memberi sedekah nenek buta yang setiap hari terlewati. Betapa dungunya saya ketika seorang tetangga datang ke rumah meminta sumbangan untuk membangun rumahnya yang ambruk, saya hanya meminta maaf karena memberi alakadarnya, padahal besoknya saya sibuk memilih-milih sepatu di pusat pertokoan. Astaghfirullah...., air mata menetes lagi.

Maghrib, baru saja terlewati, sementara perut dari tadi hanya diisi air. Subhanallah, apakah ini yang dirasakan mereka yang kelaparan setiap harinya. Perut melilit, bersuara aneh dan sesekali perih. Ingin rasanya mengetuk pintu kamar sebelah, tapi saya tahu sekarang bulan sudah tua. Dan saya ingat kemarin pagi para pemilik kamar sudah berkoar-koar tidak karuan tentang kerontangnya isi dompet mereka. Jika saja uang tadi tidak tertukar, jika saja saya lebih berhati-hati, andai saya tadi tertidur,.... Astaghfirullahaladzim....

Saya mengingat banyak hal untuk menghibur hati, diantaranya janji Allah yang disampaikan ustadz di pengajian minggu yang lalu. "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya" (QS. Saba: 39). Lirih mulut berucap "Ya Rabb, saya ikhlas dengan skenario ini, mudah-mudahan Engkau mengganti dengan yang lebih baik, karena hamba yakin Engkau maha kaya dan tidak akan berkurang sedikitpun karena permohonan mahluknya".

Adzan Isya berkumandang, waktu seperti cepat bergulir. Belum selesai melipat mukena, pintu kamar diketuk "Mbak... ayo ke tempat makan, mamanya Ayu baru datang dan membawakan makan malam buat kita semua, cepetan nanti keabisan". Itu pasti teman sebelah kamar, suaranya khas. Saya tersenyum, terima kasih ya Allah. Di ruang makan, semuanya nampak bergembira, ibunya Ayu sibuk mempersilahkan mereka, padahal untuk makanan gratis, tanpa dipersilahkan pun semangat kami tetap semangat 45. Lagi asyik-asyiknya menikmati berkah, Ayu tersenyum ke arah saya dan berujar, "Eh mbak, beasiswanya sudah keluar, tadi Ayu liat di kampus. Besok uangnya udah bisa diambil".

Bening Hati Berbalas Surga

Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di masjid dikelilingi para sahabat. Beliau tengah mengajarkan ayat-ayat Qur'an. Tiba-tiba Rasulullah berhenti sejenak dan berkata,"Akan hadir diantara kalian seorang calon penghuni surga". Para sahabat pun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang istimewa yang dimaksud Rasulullah ini?. Dengan antusias mereka menunggu kedatangan orang tersebut. Semua mata memandang ke arah pintu.

Tak berapa lama kemudian, seorang laki-laki melenggang masuk masjid. Para sahabat heran, inikah orang yang dimaksud Rasulullah? Dia tak lebih dari seorang laki-laki dari kaum kebanyakan. Dia tidak termasuk di antara sahabat utama. Dia juga bukan dari golongan tokoh Quraisy. Bahkan, tak banyak yang mengenalnya. Pun, sejauh ini tak terdengar keistimewaan dia.

Ternyata, kejadian ini berulang sampai tiga kali pada hari-hari selanjutnya. Tiap kali Rasulullah berkata akan hadir di antara kalian seorang calon penghuni surga, laki-laki tersebutlah yang kemudian muncul.

Maka para sahabat pun menjadi yakin, bahwa memang laki-laki itulah yang dimaksud Rasulullah. Mereka juga menjadi semakin penasaran, amalan istimewa apakah yang dimiliki laki-laki ini hingga Rasulullah menjulukinya sebagai calon penghuni surga?

Akhirnya, para sahabat pun sepakat mengutus salah seorang di antara mereka untuk mengamati keseharian laki-laki ini. Maka pada suatu hari, sahabat yang diutus ini menyatakan keinginannya untuk bermalam di rumah laki-laki tersebut. Si laki-laki calon penghuni surga mempersilakannya.

Selama tinggal di rumah laki-laki tersebut, si sahabat terus-menerus mengikuti kegiatan si laki-laki calon penghuni surga. Saat si laki-laki makan, si sahabat ikut makan. Saat si sahabat mengerjakan pekerjaan rumah, si sahabat menunggui. Tapi ternyata seluruh kegiatannya biasa saja. "Oh, mungkin ibadah malam harinya sangat bagus," pikirnya. Tapi ketika malam tiba, si laki-laki pun bersikap biasa saja. Dia mengerjakan ibadah wajib sebagaimana biasa. Dia membaca Qur'an dan mengerjakan ibadah sunnah, namun tak banyak. Ketika tiba waktunya tidur, dia pun tidur dan baru bangun ketika azan subuh berkumandang.

Sungguh, si sahabat heran, karena ia tak jua menemukan sesuatu yang istimewa dari laki-laki ini. Tiga malam sang sahabat bersama sang calon penghuni surga, tetapi semua tetap berlangsung biasa. Apa adanya.

Akhirnya, sahabat itu pun pun berterus terang akan maksudnya bermalam. Dia bercerita tentang pernyataan Rasulullah. Kemudian dia bertanya,"Wahai kawan, sesungguhnya amalan istimewa apakah yang kau lakukan sehingga kau disebut salah satu calon penghuni surga oleh Rasulullah? Tolong beritahu aku agar aku dapat mencontohmu".

Si laki-laki menjawab," Wahai sahabat, seperti yang kau lihat dalam kehidupan sehari-hariku. Aku adalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu kebiasaanku yang bisa kuberitahukan padamu. Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan kubuang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian."

Mendengar penjelasan itu, wajah sang sahabat menjadi berseri-seri. "Terima kasih kawan atas hikmah yang kau berikan. Aku akan memberitahu para sahabat mengenai hal ini". Sang sahabat pun pamit dengan membawa pelajaran berharga.

***
Kawan, kisah di atas barangkali tak lagi asing. Namun tiada rugi untuk ditutur kembali. Surga bukan hanya hak para wali, nabi, syuhada dan ulama. Jika kita merasa hanyalah orang kebanyakan, itu tak berarti kita tak berhak atas nikmat surga. Karena amalan kecil pun bisa menjadi kunci masuk surga. Dan ternyata kebersihan hati itu sangat besar nilainya.

Jangan pernah berputus asa atas rahmatNya. Sungguh Dia Maha Pemberi Karunia. InsyaAllah, jika kita ikhlas, tulus dan mengerjakan penuh cinta, Dia takkan menyia-nyiakan hambaNya. Wallahu a'lam.


Copas : Bunga Rampai

Kasih Sayang

Bunda… Ayah…
Kasih sayangmu yang kau berikan tak kan dapat kubalas dengan apapun
Ananda hanya bisa berdoa agar engkau selalu dalam lindungan-Nya
Ananda bahagia jika melihat engkau dalam keadaan bahagia
Mungkin suatu saat nanti dengan menjagamu ketika sudah tua, membuat hati ini bahagia melihat engkau senang menikmati kehidupan ini.

Perjuangan Yang Tak Mengenal Lelah

Banyak orang di dunia ini yang memberikan semangat dengan perjuangan yang tak mengenal lelah yang dilakukannya. Mereka berjuang hanya untuk merubah hal yang sangat kecil menjadi sangat berharga sekali. Mereka memberikan contoh yang bagus bagi orang-orang yang di sekitar. Andai semua mempunyai hati yang mulia, Negara ini pastilah akan sejahtera..

ya rabb… teguhkanlah iman & islam hamba, tuntunlah di jalan-Mu, berilah kekuatan dalam menjalani kehidupan yang hanya sementara


  

Rabu, 20 April 2011

Biarkan alam mengajarkan kita

Ada masanya dalam hidup ini, kita menyadari keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Keburukan dan kesalahan yang bisa jadi disebabkan karena ketidaktahuan, ketidaksengajaan atau mungkin juga secara sadar kita lakukan itu dengan harapan timbul kesenangan walaupun orang lain menderita akibat keburukan kita itu.

Adalah sebuah prestasi besar dalam hidup ini bila kita menyadari keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan, kemudian kita berniat memperbaikinya. Untuk memperbaikinya tidak ada jalan lain kecuali kita berani melakukan suatu perubahan dengan tingkat resistensi tertentu yang kita miliki. Karena perubahan tidak mesti memperbaiki sesuatu, tetapi untuk menjadi lebih baik kita mesti berubah.

Setiap manusia, hari ini, esok dan lusa tetap berada dalam sebuah proses perubahan menuju tangga-tangga kebaikan. Jika input yang kita miliki bagus, kemudian ditunjang dengan proses yang baik, maka kita boleh berharap akan memperoleh output yang baik pula. Pada dasarnya input yang kita miliki baik, karena Allah mengatakan setiap manusia dilahirkan secara fitrah. Kemudian orang tua dan lingkungannyalah yang memiliki otoritas memproses dia menjadi baik atau buruk.

Keinginan menjadi lebih baik, menjadi orang yang bermanfaat, menyenangkan, berprestasi, kokoh dengan iman adalah keinginan luhur dan murni yang dimiliki orang besar. Sedangkan orang kecil tidak pernah memikirkan manfaat untuk orang lain bahkan dirinya sendiri. Untuk mejadi lebih baik diperlukan sebuah usaha dan kerja keras. Tidak sedikit rintangan yang akan kita temui. Mereka yang memiliki visi yang jelas, semangat yang kuat, keinginan yang besar, dan cita-cita yang tinggilah yang akan memenangkan perubahan itu.

Alam adalah guru yang paling jujur mengajarkan banyak hal kepada kita. Seperti proses metamorfosis ulat menjadi seekor kupu-kupu. Bila ulat berhasil melalui proses itu dengan baik, maka ia akan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan indah. Perjuangan melepaskan diri dari kepompong adalah proses yang sangat menyiksa bagi kupu-kupu. Melihat keadaan kupu-kupu yang kesusahan memisahkan diri dari kepompong menarik hati seseorang untuk membantu dengan memotong kepompong agar sang kupu-kupu dapat keluar dengan mudah. Tetapi akibatnya bantuan itu justru mematikan sang kupu-kupu karena membuat otot-otot sayap kupu-kupu tidak kuat untuk menahan beban tubuhnya. Akibatnya, ketika kupu-kupu itu keluar, ia kehilangan resistensi, kemudian diam dan akhirnya mati.

Apa makna yang bisa kita petik dari kisah alam itu? Untuk menjadi cantik dan indah, untuk menjadi lebih baik, kita memerlukan perubahan dalam hidup kita. Perubahan itu menghadapkan kita pada suatu tantangan yang besar. Semakin besar hambatan dan rintangan yang kita hadapi, maka akan semakin besar nilai yang akan kita raih. Daya tahan terhadap perubahan itu mempengaruhi tingkat keberhasilan kita.

Hadapilah tantangan itu dengan senyum dan keyakinan yang tinggi, optimalkan kemampuan yang kita miliki untuk memenangkannya. Jangan mengeluh bila kita terjatuh, jangan menjerit bila kita sakit. Jangan minta bantuan orang lain yang hanya akan memperparah keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan kita, tapi carilah orang yang benar-benar ikhlas membantu kita menuju tangga-tangga kebaikan. Jangan merasa kita tidak mampu memperbaiki setiap keburukan dan kesalahan yang pernah kita lakukaan, kita pasti mamapu. Jangan lihat ke belakang, tapi tataplah ke depan, karena masa lalu tidak menjanjikan perubahan, tetapi masa depan menyediakan kita banyak pilihan keberhasilan.

Terakhir, bingkailah usaha kita dengan figura doa dan kepasrahan yang tinggi pada Allah, karena sebagai manusia yang diselimuti kekurangan, kita hanya bisa berusaha. Allah jualah yang menentukan segala nasib kita.

Source: Bunga Rampai
Hidup layaknya sederetan kata yang yang hanya menyisakan beberapa spasi..
terkadang qt butuh koma, tuk mengistirahatkan perjalanan qt..
seringkali tanda muncul tanda Tanya, di saat qt kehilangan arah..
sesekali qt juga menghadirkan tanda seru, ketika kenyataan tidak sesuai dengan yang qt harapkan..
qt sadar bahwa perjalanan ini terkadang butuh peta & catatan yang senantiasa memberi petunjuk sebagai evaluasi jalan qt..
tapi, yakinlah bahwa titik bukan akhir dari segalanya, karena masih ada banyak kata yang harus qt untai menjadi sebuah lembar kehidupan yang indah …!!

Kamis, 31 Maret 2011

Jejak Sang Pemimpin

Suatu periode dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.
Putus asa mendera dimana-dimana. Saat itu, Umar sang pemimpin menampilkan yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikan seksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari diinstruksikan menyembelih onta-onta potong dan disebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong ribuan rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “ Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran ditangan ini “.
Sejarah menorehkan kisah Umar yang mengharamkan daging, samin dan susu untuk perutnya, khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu hanya menyantap minyak zaitun dengan sedikit roti. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau tetap menjumpai minyak, hingga rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar”.
Tahun Abu pun berlalu. Daerah kekuasaan Islam bertambah luas, pendapatan Negara semakin besar. Masyarakat semakin makmur. Apakah Umar berhenti berpatroli? Masih dengan jubah kumal, Umar didampingi pembantunya berkeliling merambahi rumah-rumah berpelita. Kehidupan keluarga Umar, masih saja pas-pasan. Padahal para gubernur di beberapa daerah hidup dalam kemewahan. Para sahabat, mulai berkasak-kusuk, mereka mengusulkan untuk memberi tunjangan dan kenaikan gaji yang besar untuk Umar. Namun, para sahabat tidak berani menyampaikan usul ini langsung kepada Umar. Lewat Hafsah putri Umar, yang juga janda Rasulullah, usul ini disampaikan. Sebelumnya mereka berpesan supaya tidak disebut nama-nama mereka yang mengusulkan.
“Siapa mereka yang mempunyai pikiran beracun itu, akan ku datangi mereka satu persatu dan menamparnya dengan tanganku ini,” berangnya kepada Hafsah. Selanjutnya tatapannya meredup, dipandanginya putri kesayangannya itu, “Anakku, makanan apa yang menjadi santapan suamimu, Rasulullah?” Hafsah terdiam, pandangannya terpekur di lantai tanah. Ingatan hidup indah bersama sang purnama Madinah, tergambar. Terbata Hafsah menjawab, “Roti tawar yang keras, ayah. Roti yang harus terlebih dahulu dicelup ke dalam air, agar mudah ditelan”.
“Hafsah, pakaian apa yang paling mewah dari suamimu,” seraknya masih dengan nada kecewa. Hafsah semakin menunduk, pelupuk mata sudah tergenang. Terbayanglah tegap manusia sepmpurna, yang selalu berlaku baik kepada para istrinya. “Selembar jubah kemerahan, ayah, karena warnanya memudar. Itulah yang dibangga-banggakan untuk menerima tamu kehormatan”. Pada saat menjawab, kerongkongan Hafsah terdekat, menahan kesedihan.
“Apakah, Rasulullah membaringkan tubuh diatas tilam yang empuk?” pertanyaan ini langsung dipotong Hafsah “Tidakk!” pekiknya. “Beliau berbantal pelepah keras kurma, beralaskan selimut tua. Jika musim panas datang, selimut itu dilipatnya menjadi empat, supaya lebih nyaman ditiduri. Lalu kala musim dingin menjelang, dilipatnya menjadi dua, satu untuk alas dan bagian lainnya untuk penutup. Sebagian tubuh beliau selalu berada diatas tanah”. Saat itu meledaklah tangis Hafsah.
Mendengar jawaban itu, Umar pun berkata, ”Anakku!Aku, Abu Bakar dan Rasulullah adalah tiga musafir yang menuju cita-cita yang sama. Mengapakah jalan yang harus kutempuh berbeda? Musafir pertama dan kedua telah tiba dengan jalan yang seperti ini. “Selanjutnya Umar pun menambahkan “Rasulullah pernah berkata: Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang berpergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak dibawah pohon, kemudian berangkat meninggalkannya”.
Pada saat kematian menjelang lewat tikaman pisau Abu Lu’lu’a, budak Mughira bin Syu’bah, ringan ia bertutur, “Alhamdulillah, bahwa aku tidak dibunuh oleh seorang muslim”. Mata yang jarang terlelap karena mengutamakan rakyatnya itu menutup mata untuk selama-lamanya. Umar pun syahid, dalam usia 60 tahun. Innalillahi Wa Inna Illaihi Raajiun.

Source : www.buletintarbiyah.wordpress.com

Air mata kerinduan Uwais Al-Qarani kepada Rasulullah SAW

Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Dan diantara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat sangat lemah lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.
Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar ada seorang Nabi yang berhijrah dari kita Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran Nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang Nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad SAW dan ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.
Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, ”Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai Nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui rasul Tuhan itu dari dekat.”
Ibu Uwais amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama.
Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.
Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita itu, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.
Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”
Beberapa hari kemudian Rasulullah SAW pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata,”Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kita yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.
Benarlah hadist yang mengatakan…
“Tuhan memanjangkan usia orang-orang yang melakukan kebaikan kepada orang tua mereka .”
“Siapa saja yang menggembirakan hati ibu bapaknya, Tuhan juga akan menggembirakan mereka dan siapa saja yang membuat ibu bapak mereka marah, Tuhan juga marah kepada mereka.”


Source : Hamasah

Jumat, 04 Maret 2011

selamat datang di feprianawatisepti.blogspot.com

jadilah remaja yang tangguh

Usia Muda, siapa sich yg ga’ pernah merasakannya? Hampir semua manusia melewati masa-masa ini sebelum mereka memasuki usia dewasa. Banyak yg bilang kalo saat remaja adalah kritis kehidupan. Masa sich…namun ada benernya juga, berdasarkan survey nie, menunssjukkan hampir satu diantara tiga atau 29,8 persen remaja Jepang menyatakan setuju dengan kalimat yang menyatakan “Saya merasa kesepian” yg diikuti oleh remaja Eslandia 10,2 persen. Demikian menurut laporan hasil survey yg meliputi 24 dari kumpulan negara-negara yg tergabung dalam Organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan, OECD dgn jumlah total anggotanya 25 Negara. Perancis dan Inggris memperoleh angka yg lebih rendah yaitu 6,4 persen dan 5,4 persen. Dan tau ga’ sobat, ujung-ujungnya pemuda sana banyak yg bunuh diri. Ternyata ga’ hanya di Jepang saja, di USA ato Amerika juga gitchu..tapi belum terpublish aja kali ya…Hem…trus gmana ya seorang remaja tangguh itu…?
Sobat nie ada beberapa tipz menjadi remaja tangguh, remaja yg ga’ gampang down, remaja yg ga’ gampang bunuh diri…Upz
1. Belajar memahami realitas remaja
Dunia Remaja adalah suatu dunia yg menurutku ada zona nyaman tersendiri, tapi kadang ada ga’ nya sich. Dunia remaja, sering melambungkan angan-angan menembus batas realitas. Mereka ingin menjadi siapa saja, dan menjelma menjadi apa saja, sementara mereka belum apa-apa. Hasrat dan keinginan seringkali melampaui kapasitas diri dan kemampuan. Maka remaja adalah pribadi yg sering lupa daratan. Hidupnya sering di awang-awang. Lebih layak disebut pengkhayal ketimbang sekedar pemimpi kesiangan. Sepakat ga’ nie..?
Contohnya gini deh, sehari kamu nonton TV berapa kali? Trus belajar rumus matematika, fisika sampe hafal berapa kali? Hafal rumus dan Al-Qur’an atau lebih hafal gossip terkini di infotaiment? Pilih jadi apa bertemu manusia-manusia sakti seperti Hatake Kakashi, gurunya Naruto, atau Seijuro Hiko, master jurus Hiten Mitsurugi-nya Kenshin, untuk mengangkat mereka sebagai murid atau bertemu Allah di Syurga-Nya kelak?
Hm…itulah sebagian realitas pemuda atau remaja, seakan mereka mempunyai dunia sendiri. Mereka lebih suka nonton TV, baca komik dan novel dibanding belajar atau mengkaji nilai-nilai ajaran Islam yang mulia. Dan mereka baru tersadar kembali setelah mereka kembali ke bangku sekolah dan mereka bukanlah pahlawan dalam novel atau komik itu. Duhai sobat, benarkah kita ternyata hanya remaja-remaja yg pemalas, yg hanya bisa berfantasi, dan selalu menjadi pencundang di dunia nyata? Hiduplah di dunia nyata. Hidupmu yg sesungguhnya.
2. Jadilah orang yg rajin, jangan malas
Setiap kemalasan, ujungnnya pasti penyesalan..Maka, remaja yg tangguh adalah yg bergerak di alam nyata. Yg ada di hadapan mereka, itulah yg mereka tatap dengan semangat. Mereka belajar, bekerja, beraktivitas, dan berusaha merengkuh segala yg mampu mereka rengkuh, “Mumpung masih muda, saya harus melakukan segala hal yg terbaik. Saat tubuh sudah rapuh, saya tak akan mampu melakukannya lagi.” Itu tekad pemuda sejati. Are u ready friends??
3. Menjaga Identitas Diri Jangan malu mengaku sebagai Muslim
Sesungguhnya agama (yg diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Barangsiapa mencari agama selain agama dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yg rugi.(Ali Imran: 85) Jagalah identitas asli kita sebagia manusia, sebagai remaja, dan sebagai pemeluk agama Islam. Soal gaul, modis, trendy, itu hanya pelampiasan dari orang-orang yg kehilangan identitas diri. Sekolah, bukan tempat yg harus dibenci. Masjid, jangan menjadi lokasi yg paling dijauhi. Buku-buku pelajaran, kitab kumpulan hadist dan dzikir, Al-Qur’an sebagai Kitab Suci, harus menjadi sesuatu yg paling banyak menemani kita. Merasalah malu, bila kamu jauh dari semua itu. Saat kamu berhasil melakukan itu, semua teman dan lawan akan menghormati kamu. Siapa pun akan merasa segan kepada kamu.
Tapi saat kamu larut dalam gelombang kehidupan remaja, tak ada orang yg akan menganggap kamu hebat dan punya segalanya. Menjadi populer, beken dan banyak teman pun kamu tak lantas dihormati. Manusia menjadi mulia karena sadar bahwa sebagai manusia is hanya ciptaan, bukan pencipta. Ia hanya penyembah, bukan yg disembah. Dari kesadaran itu, kita akan tahu bahwa isi hidup kita tak mungkin lari dari tugas-tugas sebagai hamba Allah. Wah, bertapa beratnya kita sebagai pemuda. Saat glamour kehidupan remaja masa kini semakin menjanjikan sejuta keindahannya, kita justru berlari ke tepi sajadah, bersujud dan merunduk pasrah di hadapan Allah. Saat kebanyakan teman-teman kita sedang tertawa riang menyaksikan pentas-pentas remaja, kita justru asyik masyuk dengan dzikir dan wirid sesuai shalat. Lihatlah, setelah bersuka ria, mereka akan pulang dengan lunglai, seperti kehabisan darah. Saat kembali ke dunia nyata, mereka baru sadar bahwa yg mereka lakukan hanyalah kesia-siaan belaka.
4. Membentuk lingkungan sendiri untuk menjadi remaja tangguh, jangan rela dibentuk oleh lingkungan
Berusahalah untuk membuat dan menciptakan lingkungan. Sebagai remaja muslim, ubahlah label di setiap hal yg melingkari anda menjadi Islami. Kalau engkau memperturuti (keyakinan atau amalan) kebanyakan manusia di bumi ini, pasti mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.(Al-An’aam: 116) Kita boleh tinggal di tempat berbeda-beda, memiliki kawan dan kenalan di mana-mana, berpindah ke mana saja kita dibawa orang tua kita. Tapi setiap kita menemui sebuah lingkungan, tapi buatlah agar lingkungan itu terpengaruh dengan kehadiran kita.
Caranya sesungguhnya mudah saja. Buat saja aktivitas, kebiasaan seperti yg sudah biasa kita lakukan. Selama itu baik dan benar, lakukan saja. Biarlah kebanyakan orang di lingkungan itu tidak terbiasa melakukannya. Lama-kelamaan, pasti akan berkerumun juga teman-teman yg menyukai kita. Bila ada masjid sepi, kita lah yg memakmurkannya. Bila di kampong itu jarang terdengar suara bacaan Al-Qur’an, kita lah yg melantunkannya. Sederhana saja, tapi kadang butuh mental yg kokoh. Dan ternyata, asal ada ilmu, dan kita selalu mendekatkan diri kepada Allah, mental kuat itu akan dengan sendirinya menjadi milik kita. Percaya deh. Duhai, betapa benar ungkapan Imam Syafi’i, sesungguhnya pemuda sejati adalah yg berilmu dan bertakwa.

sumber:voa-islam.com, www.majalahelfata.com