Kamis, 31 Maret 2011

Jejak Sang Pemimpin

Suatu periode dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.
Putus asa mendera dimana-dimana. Saat itu, Umar sang pemimpin menampilkan yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikan seksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari diinstruksikan menyembelih onta-onta potong dan disebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong ribuan rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “ Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran ditangan ini “.
Sejarah menorehkan kisah Umar yang mengharamkan daging, samin dan susu untuk perutnya, khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu hanya menyantap minyak zaitun dengan sedikit roti. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau tetap menjumpai minyak, hingga rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar”.
Tahun Abu pun berlalu. Daerah kekuasaan Islam bertambah luas, pendapatan Negara semakin besar. Masyarakat semakin makmur. Apakah Umar berhenti berpatroli? Masih dengan jubah kumal, Umar didampingi pembantunya berkeliling merambahi rumah-rumah berpelita. Kehidupan keluarga Umar, masih saja pas-pasan. Padahal para gubernur di beberapa daerah hidup dalam kemewahan. Para sahabat, mulai berkasak-kusuk, mereka mengusulkan untuk memberi tunjangan dan kenaikan gaji yang besar untuk Umar. Namun, para sahabat tidak berani menyampaikan usul ini langsung kepada Umar. Lewat Hafsah putri Umar, yang juga janda Rasulullah, usul ini disampaikan. Sebelumnya mereka berpesan supaya tidak disebut nama-nama mereka yang mengusulkan.
“Siapa mereka yang mempunyai pikiran beracun itu, akan ku datangi mereka satu persatu dan menamparnya dengan tanganku ini,” berangnya kepada Hafsah. Selanjutnya tatapannya meredup, dipandanginya putri kesayangannya itu, “Anakku, makanan apa yang menjadi santapan suamimu, Rasulullah?” Hafsah terdiam, pandangannya terpekur di lantai tanah. Ingatan hidup indah bersama sang purnama Madinah, tergambar. Terbata Hafsah menjawab, “Roti tawar yang keras, ayah. Roti yang harus terlebih dahulu dicelup ke dalam air, agar mudah ditelan”.
“Hafsah, pakaian apa yang paling mewah dari suamimu,” seraknya masih dengan nada kecewa. Hafsah semakin menunduk, pelupuk mata sudah tergenang. Terbayanglah tegap manusia sepmpurna, yang selalu berlaku baik kepada para istrinya. “Selembar jubah kemerahan, ayah, karena warnanya memudar. Itulah yang dibangga-banggakan untuk menerima tamu kehormatan”. Pada saat menjawab, kerongkongan Hafsah terdekat, menahan kesedihan.
“Apakah, Rasulullah membaringkan tubuh diatas tilam yang empuk?” pertanyaan ini langsung dipotong Hafsah “Tidakk!” pekiknya. “Beliau berbantal pelepah keras kurma, beralaskan selimut tua. Jika musim panas datang, selimut itu dilipatnya menjadi empat, supaya lebih nyaman ditiduri. Lalu kala musim dingin menjelang, dilipatnya menjadi dua, satu untuk alas dan bagian lainnya untuk penutup. Sebagian tubuh beliau selalu berada diatas tanah”. Saat itu meledaklah tangis Hafsah.
Mendengar jawaban itu, Umar pun berkata, ”Anakku!Aku, Abu Bakar dan Rasulullah adalah tiga musafir yang menuju cita-cita yang sama. Mengapakah jalan yang harus kutempuh berbeda? Musafir pertama dan kedua telah tiba dengan jalan yang seperti ini. “Selanjutnya Umar pun menambahkan “Rasulullah pernah berkata: Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang berpergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak dibawah pohon, kemudian berangkat meninggalkannya”.
Pada saat kematian menjelang lewat tikaman pisau Abu Lu’lu’a, budak Mughira bin Syu’bah, ringan ia bertutur, “Alhamdulillah, bahwa aku tidak dibunuh oleh seorang muslim”. Mata yang jarang terlelap karena mengutamakan rakyatnya itu menutup mata untuk selama-lamanya. Umar pun syahid, dalam usia 60 tahun. Innalillahi Wa Inna Illaihi Raajiun.

Source : www.buletintarbiyah.wordpress.com

Air mata kerinduan Uwais Al-Qarani kepada Rasulullah SAW

Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Dan diantara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat sangat lemah lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.
Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar ada seorang Nabi yang berhijrah dari kita Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran Nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang Nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad SAW dan ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.
Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, ”Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai Nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui rasul Tuhan itu dari dekat.”
Ibu Uwais amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama.
Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.
Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita itu, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.
Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”
Beberapa hari kemudian Rasulullah SAW pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata,”Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kita yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.
Benarlah hadist yang mengatakan…
“Tuhan memanjangkan usia orang-orang yang melakukan kebaikan kepada orang tua mereka .”
“Siapa saja yang menggembirakan hati ibu bapaknya, Tuhan juga akan menggembirakan mereka dan siapa saja yang membuat ibu bapak mereka marah, Tuhan juga marah kepada mereka.”


Source : Hamasah

Jumat, 04 Maret 2011

selamat datang di feprianawatisepti.blogspot.com

jadilah remaja yang tangguh

Usia Muda, siapa sich yg ga’ pernah merasakannya? Hampir semua manusia melewati masa-masa ini sebelum mereka memasuki usia dewasa. Banyak yg bilang kalo saat remaja adalah kritis kehidupan. Masa sich…namun ada benernya juga, berdasarkan survey nie, menunssjukkan hampir satu diantara tiga atau 29,8 persen remaja Jepang menyatakan setuju dengan kalimat yang menyatakan “Saya merasa kesepian” yg diikuti oleh remaja Eslandia 10,2 persen. Demikian menurut laporan hasil survey yg meliputi 24 dari kumpulan negara-negara yg tergabung dalam Organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan, OECD dgn jumlah total anggotanya 25 Negara. Perancis dan Inggris memperoleh angka yg lebih rendah yaitu 6,4 persen dan 5,4 persen. Dan tau ga’ sobat, ujung-ujungnya pemuda sana banyak yg bunuh diri. Ternyata ga’ hanya di Jepang saja, di USA ato Amerika juga gitchu..tapi belum terpublish aja kali ya…Hem…trus gmana ya seorang remaja tangguh itu…?
Sobat nie ada beberapa tipz menjadi remaja tangguh, remaja yg ga’ gampang down, remaja yg ga’ gampang bunuh diri…Upz
1. Belajar memahami realitas remaja
Dunia Remaja adalah suatu dunia yg menurutku ada zona nyaman tersendiri, tapi kadang ada ga’ nya sich. Dunia remaja, sering melambungkan angan-angan menembus batas realitas. Mereka ingin menjadi siapa saja, dan menjelma menjadi apa saja, sementara mereka belum apa-apa. Hasrat dan keinginan seringkali melampaui kapasitas diri dan kemampuan. Maka remaja adalah pribadi yg sering lupa daratan. Hidupnya sering di awang-awang. Lebih layak disebut pengkhayal ketimbang sekedar pemimpi kesiangan. Sepakat ga’ nie..?
Contohnya gini deh, sehari kamu nonton TV berapa kali? Trus belajar rumus matematika, fisika sampe hafal berapa kali? Hafal rumus dan Al-Qur’an atau lebih hafal gossip terkini di infotaiment? Pilih jadi apa bertemu manusia-manusia sakti seperti Hatake Kakashi, gurunya Naruto, atau Seijuro Hiko, master jurus Hiten Mitsurugi-nya Kenshin, untuk mengangkat mereka sebagai murid atau bertemu Allah di Syurga-Nya kelak?
Hm…itulah sebagian realitas pemuda atau remaja, seakan mereka mempunyai dunia sendiri. Mereka lebih suka nonton TV, baca komik dan novel dibanding belajar atau mengkaji nilai-nilai ajaran Islam yang mulia. Dan mereka baru tersadar kembali setelah mereka kembali ke bangku sekolah dan mereka bukanlah pahlawan dalam novel atau komik itu. Duhai sobat, benarkah kita ternyata hanya remaja-remaja yg pemalas, yg hanya bisa berfantasi, dan selalu menjadi pencundang di dunia nyata? Hiduplah di dunia nyata. Hidupmu yg sesungguhnya.
2. Jadilah orang yg rajin, jangan malas
Setiap kemalasan, ujungnnya pasti penyesalan..Maka, remaja yg tangguh adalah yg bergerak di alam nyata. Yg ada di hadapan mereka, itulah yg mereka tatap dengan semangat. Mereka belajar, bekerja, beraktivitas, dan berusaha merengkuh segala yg mampu mereka rengkuh, “Mumpung masih muda, saya harus melakukan segala hal yg terbaik. Saat tubuh sudah rapuh, saya tak akan mampu melakukannya lagi.” Itu tekad pemuda sejati. Are u ready friends??
3. Menjaga Identitas Diri Jangan malu mengaku sebagai Muslim
Sesungguhnya agama (yg diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Barangsiapa mencari agama selain agama dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yg rugi.(Ali Imran: 85) Jagalah identitas asli kita sebagia manusia, sebagai remaja, dan sebagai pemeluk agama Islam. Soal gaul, modis, trendy, itu hanya pelampiasan dari orang-orang yg kehilangan identitas diri. Sekolah, bukan tempat yg harus dibenci. Masjid, jangan menjadi lokasi yg paling dijauhi. Buku-buku pelajaran, kitab kumpulan hadist dan dzikir, Al-Qur’an sebagai Kitab Suci, harus menjadi sesuatu yg paling banyak menemani kita. Merasalah malu, bila kamu jauh dari semua itu. Saat kamu berhasil melakukan itu, semua teman dan lawan akan menghormati kamu. Siapa pun akan merasa segan kepada kamu.
Tapi saat kamu larut dalam gelombang kehidupan remaja, tak ada orang yg akan menganggap kamu hebat dan punya segalanya. Menjadi populer, beken dan banyak teman pun kamu tak lantas dihormati. Manusia menjadi mulia karena sadar bahwa sebagai manusia is hanya ciptaan, bukan pencipta. Ia hanya penyembah, bukan yg disembah. Dari kesadaran itu, kita akan tahu bahwa isi hidup kita tak mungkin lari dari tugas-tugas sebagai hamba Allah. Wah, bertapa beratnya kita sebagai pemuda. Saat glamour kehidupan remaja masa kini semakin menjanjikan sejuta keindahannya, kita justru berlari ke tepi sajadah, bersujud dan merunduk pasrah di hadapan Allah. Saat kebanyakan teman-teman kita sedang tertawa riang menyaksikan pentas-pentas remaja, kita justru asyik masyuk dengan dzikir dan wirid sesuai shalat. Lihatlah, setelah bersuka ria, mereka akan pulang dengan lunglai, seperti kehabisan darah. Saat kembali ke dunia nyata, mereka baru sadar bahwa yg mereka lakukan hanyalah kesia-siaan belaka.
4. Membentuk lingkungan sendiri untuk menjadi remaja tangguh, jangan rela dibentuk oleh lingkungan
Berusahalah untuk membuat dan menciptakan lingkungan. Sebagai remaja muslim, ubahlah label di setiap hal yg melingkari anda menjadi Islami. Kalau engkau memperturuti (keyakinan atau amalan) kebanyakan manusia di bumi ini, pasti mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.(Al-An’aam: 116) Kita boleh tinggal di tempat berbeda-beda, memiliki kawan dan kenalan di mana-mana, berpindah ke mana saja kita dibawa orang tua kita. Tapi setiap kita menemui sebuah lingkungan, tapi buatlah agar lingkungan itu terpengaruh dengan kehadiran kita.
Caranya sesungguhnya mudah saja. Buat saja aktivitas, kebiasaan seperti yg sudah biasa kita lakukan. Selama itu baik dan benar, lakukan saja. Biarlah kebanyakan orang di lingkungan itu tidak terbiasa melakukannya. Lama-kelamaan, pasti akan berkerumun juga teman-teman yg menyukai kita. Bila ada masjid sepi, kita lah yg memakmurkannya. Bila di kampong itu jarang terdengar suara bacaan Al-Qur’an, kita lah yg melantunkannya. Sederhana saja, tapi kadang butuh mental yg kokoh. Dan ternyata, asal ada ilmu, dan kita selalu mendekatkan diri kepada Allah, mental kuat itu akan dengan sendirinya menjadi milik kita. Percaya deh. Duhai, betapa benar ungkapan Imam Syafi’i, sesungguhnya pemuda sejati adalah yg berilmu dan bertakwa.

sumber:voa-islam.com, www.majalahelfata.com